Panduan Menentukan Nama Anak Menurut Ulama Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, lahir pada tahun 691 H (1292 M) di Damaskus, adalah seorang ulama besar Islam yang dikenal karena keilmuannya dalam berbagai bidang seperti aqidah, tafsir, hadits, dan fiqih. Beliau merupakan murid setia Ibnu Taimiyah dan banyak mengambil ilmu darinya. Ibnu Qayyim aktif mengajar serta menulis berbagai karya monumental yang masih menjadi rujukan hingga kini, di antaranya Madarijus Salikin, I’lamul Muwaqqi’in, Tuhfatul Maudud, dan Zadul Ma’ad. Selain itu, beliau juga menghadapi berbagai ujian, termasuk dipenjara karena mempertahankan pemikirannya yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.

Beliau wafat pada 23 Rajab 751 H (1350 M) di Damaskus, meninggalkan warisan keilmuan yang sangat berharga bagi umat Islam. Pemikiran dan karyanya terus menjadi sumber inspirasi dan bimbingan bagi banyak penuntut ilmu hingga saat ini. Semangatnya dalam menyebarkan kebenaran serta keteguhannya dalam mempertahankan aqidah Islam menjadikannya salah satu ulama yang paling berpengaruh dalam sejarah Islam.

Menentukan nama bagi seorang anak merupakan salah satu tanggung jawab utama orang tua dalam Islam. Nama bukan sekadar identitas, tetapi juga doa dan harapan yang akan menyertai anak sepanjang hidupnya. Dalam Islam, pemilihan nama yang baik sangat dianjurkan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama ayah kalian, maka perbaikilah nama-nama kalian.” (HR. Abu Dawud No. 4948, dishahihkan oleh Al-Albani)

Salah satu ulama besar yang membahas secara mendalam mengenai panduan pemilihan nama adalah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud. Dalam kitab ini, beliau menjelaskan berbagai prinsip penting dalam memilih nama anak berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an, Hadits, dan pendapat ulama terdahulu. Artikel ini akan membahas panduan lengkap dalam menentukan nama anak menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah secara komprehensif.

Pentingnya Memilih Nama yang Baik

Ibnu Qayyim menegaskan bahwa nama memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan seseorang. Beliau berkata:

“Nama itu memiliki pengaruh besar terhadap orang yang dinamai, baik dalam bentuk kelembutan maupun kekerasan, ringan atau berat, baik atau buruk.” (Tuhfatul Maudud, hlm. 123)

Dalam hal ini, beliau menekankan bahwa nama adalah refleksi dari karakter dan doa orang tua kepada anaknya. Oleh karena itu, memilih nama yang baik bukan hanya sebuah formalitas, tetapi juga bagian dari pendidikan awal bagi anak.

Kategori Nama yang Dianjurkan

a) Nama yang Mengandung Penghambaan kepada Allah (Asmaul Husna)

Ibnu Qayyim menekankan bahwa nama terbaik adalah nama yang menunjukkan penghambaan kepada Allah, seperti Abdullah dan Abdurrahman. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (HR. Muslim No. 2132)

Beliau juga menjelaskan bahwa nama yang berasal dari Asmaul Husna boleh digunakan selama diawali dengan kata Abdul (hamba). Misalnya:

  • Abdul Malik (Hamba Raja)
  • Abdul Aziz (Hamba Yang Maha Perkasa)
  • Abdul Jabbar (Hamba Yang Maha Kuasa)

Namun, nama-nama yang merupakan sifat khusus Allah seperti Ar-Rahman atau Al-Khaliq tidak boleh digunakan langsung tanpa “Abdul” karena bisa menimbulkan kesalahan aqidah (Tuhfatul Maudud, hlm. 125).

b) Nama Para Nabi dan Orang Shalih

Ibnu Qayyim juga menyarankan agar anak dinamai dengan nama para nabi dan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, karena mereka adalah teladan terbaik bagi umat Islam. Nama-nama seperti Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, Yusuf, Umar, Utsman, dan Ali sangat dianjurkan karena mencerminkan kebaikan dan keberkahan (Tuhfatul Maudud, hlm. 127).

c) Nama yang Bermakna Kebaikan dan Kemuliaan

Selain nama-nama yang secara eksplisit berasal dari Al-Qur’an dan hadits, Ibnu Qayyim juga menyarankan nama-nama yang memiliki makna kebaikan, seperti:

  • Shalih (orang baik)
  • Karim (dermawan)
  • Faiz (pemenang)
  • Hasan (baik, tampan)
  • Jamilah (indah)

Nama-nama ini mencerminkan harapan agar anak memiliki sifat-sifat baik sesuai dengan maknanya (Tuhfatul Maudud, hlm. 129).

Kategori Nama yang Harus Dihindari

a) Nama dengan Makna Buruk atau Negatif

Ibnu Qayyim menekankan agar orang tua tidak memilih nama yang mengandung makna negatif atau berkonotasi buruk. Beliau mencatat bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengganti nama sahabat yang bermakna buruk, seperti:

  • Harb (perang) → diganti menjadi Salim (selamat)
  • Asiyah (pembangkang) → diganti menjadi Jamilah (indah)

Hadits ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan nama-nama yang membawa doa dan harapan baik (Tuhfatul Maudud, hlm. 130).

b) Nama yang Menyerupai Orang Kafir atau Musyrik

Ibnu Qayyim juga memperingatkan agar tidak menggunakan nama yang identik dengan budaya non-Muslim, seperti nama-nama yang sering dipakai oleh kaum Nasrani atau Yahudi (Tuhfatul Maudud, hlm. 133). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud No. 4031, dishahihkan oleh Ibnu Taimiyah)

Misalnya, nama seperti Michael, Elisa, atau George tidak dianjurkan karena lebih banyak digunakan dalam tradisi non-Islam.

c) Nama yang Mengandung Unsur Kesombongan

Nama yang berlebihan atau bermakna sombong juga dilarang, seperti Malikul Amlak (Raja Diraja) karena hanya Allah yang berhak atas gelar tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Nama yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat adalah Malikul Amlak (Raja Diraja).” (HR. Bukhari No. 6205, Muslim No. 2143)

Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa nama seperti ini bisa menimbulkan kebanggaan diri yang berlebihan, sehingga lebih baik dihindari (Tuhfatul Maudud, hlm. 135).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menegaskan bahwa pemilihan nama anak dalam Islam bukan sekadar formalitas, tetapi juga tanggung jawab orang tua dalam memberikan identitas yang baik bagi anaknya. Beliau memberikan beberapa panduan penting, yaitu:

  1. Pilih nama yang baik dan memiliki makna positif, karena nama memengaruhi karakter seseorang.
  2. Gunakan nama yang mencerminkan penghambaan kepada Allah, seperti Abdullah dan Abdurrahman.
  3. Nama para nabi dan orang shalih adalah pilihan terbaik, karena mereka merupakan teladan dalam Islam.
  4. Hindari nama yang memiliki makna buruk, menyerupai non-Muslim, atau mengandung unsur kesombongan.

Dengan mengikuti panduan ini, diharapkan orang tua dapat memberikan nama yang penuh berkah dan menjadi doa baik bagi kehidupan anak di dunia dan akhirat. Semoga bermanfaat!

 

Bagikan melalui: